Ditulis oleh: Fadiah Inasa
Hai moms, sebelumnya setelah menikah saya dan suami tidak memiliki rencana untuk memiliki buah hati dalam waktu dekat. Bahkan, saya yang cenderung santai, sedikit ogah-ogahan, waktu diminta cek test pack oleh suami yang kebetulan sudah menginginkan anak dari kami. Sebulan setelah pernikahan kami, saya telat haid kemudian langsung cek kehamilan menggunakan test pack. Begitu kagetnya saya setelah melihat hasil test pack tersebut yang menunjukkan saya positif hamil. Rasanya campur aduk meskipun saat itu saya belum membayangkan bagaimana rasanya bila kelak dalam 9 bulan kemudian kami memiliki anak.
Singkat cerita, kami memeriksakan kandungan saya ke dokter kandungan saat itu. Bidan dan dokter spesialis kandungan telah saya datangi dan hasilnya menunjukkan kehamilan saya masih kecil. Minggu berikutnya saya kembali lagi ke dokter kandungan di salah satu rumah sakit ibu dan anak di Bogor dan dinyatakan hamil kemudian diberikan beberapa vitamin serta diminta untuk menjaga pola makan. Kami pulang dengan perasaan senang dan haru.
Kandungan Blighted Ovum
Selang beberapa hari dari terakhir periksa ke dokter, saat saya terbangun di pagi hari, saya melihat darah keluar dari vagina saat sedang ke kamar kecil. Perasaan saya saat itu kaget dan aneh karena tidak mungkin saya menstruasi sedangkan saya sudah dinyatakan hamil. Akhirnya kami pun mendatangi dokter spesialis kandungan yang sebelumnya memeriksa saya. Betapa kagetnya kami setelah mendengar bahwa kehamilan saya divonis blighted ovum. Kehamilan kosong, atau bahasa dokter yang memeriksa saya waktu itu BO (Blighted Ovum) adalah kondisi kehamilan tanpa embrio. Pada saat terjadi pembuahan, sel-sel tetap membentuk kantung ketuban, plasenta, namun telur yang telah dibuahi tidak berkembang menjadi sebuah embrio yang nantinya kehamilan tersebut tidak berkembang (kosong) (sumber: bidanku.com).
Menurut dokter spesialis kandungan yang memeriksa saya saat itu, hal itu bisa terjadi pada kehamilan pertama, mungkin karena mengangkat benda-benda yang berat ataupun melakukan hubungan seksual atau mengkonsumsi makanan atau minuman yang berbahaya bagi janin yang berusia muda. Namun, yang saya baca, Blighted Ovum memang tidak dapat dicegah, karena keguguran dari blighted ovum sering terjadi karena masalah dengan kromosom, struktur yang membawa gen. Hal ini terkait dengan kualitas sperma atau sel telur yang rendah. Atau, mungkin terjadi karena pembelahan sel yang abnormal. Apapun masalahnya itu, tubuh wanita akan menghentikan proses kehamilan karena sudah tahu bahwa kehamilan tidak normal. Bersumber dari: Apa Penyebab Blighted Ovum (BO) ? | Mediskus
Untuk penanganan kehamilan blighted ovum tentunya tidak lain harus melalui kuretase (operasi rahim untuk wanita dengan masalah menstruasi, hamil, kontrasepsi, keguguran, atau polip, atau setelah melahirkan -wikipedia). Dalam hal ini, untuk mengeluarkan calon jabang bayi yang sudah dikandung selama 2 bulan. Kemudian tanpa pemeriksaan lanjutan, dokter yang memeriksakan kandungan saya menuliskan surat rujukan tindakan untuk kuretase esok harinya.
Mencari rujukan BPJS
Saya dan suami saat itu hancur hatinya. Buah hati yang bahkan belum berumur dua bulan sudah harus dipisahkan dari kami. Kami lantas mengikhlaskan hati sambil melakukan proses administrasi BPJS untuk kuretase besok. Datang ke klinik di Ciomas bertemu dokter BPJS saat itu betul-betul pertolongan Allah. Dokter yang memberikan rujukan agar dapat menggunakan BPJS menyarankan kami agar mencari second opinion ke dokter kandungan yang lain sambil tetap memberikan surat rujukan apabila sewaktu-waktu betul dibutuhkan.
Kami kembali ke RSIA tempat memeriksakan kandungan saya di hari itu juga dan mencari dokter spesialis kandungan yang lain. Dr Gharini, Spog yang akhirnya kami temui dan memberikan pencerahan dengan diagnosanya.
Baca lebih lanjut →